Minggu, 30 Juni 2013

Resume buku Beginilah Jalan Dakwah Mengajarkan Kami

BEGINILAH JALAN DAKWAH MENGAJARKAN KAMI
(M. Lili Nur Aulia)

PENGANTAR
Sebagai pengantar, simaklah kalimat hikmah berikut ini: “Barang siapa yang tidak benar permulaan kehendaknya, niscaya tidak akan selamat pada kesudahan akhirnya”. Kalimat ini  senada dengan hadits Arbain 1. Betapa niat itu penting, tidak hanya dinilai secara lahiriyah namun juga secara batiniyah. Niat inilah yang akan mengantarkan segala amalan kita ke pintu gerbang diterima tidaknya amalan tersebut disisi Allah. Niat juga yang mengantarkan sukses tidaknya suatu amalan yang kita lakukan.  Niat adalah perencanaan kemana amalan itu akan kita arahkan. Gagal merencanakan berarti menyiapkan kegagalan.
BAB1: DARI SINI KAMI MEMULAI
Mengapa berada di jalan dakwah?
“Barang siapa mengajak kpd petunjuk Allah, maka ia akan mendapat pahala yang sama spt jumlah pahala orang yang mengikutinya tanpa dikurangi sedikit pun oleh pahala mereka.” (HR. Muslim)
“Sesungguhnya Allah, para malaikat, semut yang ada di dalam lubangnya, bahkan ikan yang ada di lautan akan berdo’a untuk orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia.” (HR. Tirmidzi)
Dakwah menjadi penghalang turunnya adzab Allah. QS. Al-A’raf 164-165
Teman-teman pilihan
Di jalan ini kami tidak hanya mendapatkan teman yang lebih dari teman tapi saudara-saudara yang luar biasa. “Sesungguhnya orang itu tergantung pada agama temannya.” (Ihya Ulumuddin 2/202). Perjalanan ini dipenuhi dengan ragam ujian, cobaan, fitnah dan godaan yang menyeleksi kami dan saudara-saudara kami. Sehingga akhirnya, kami mendapati saudara-saudara kami yang insyaAllah mereka siap untuk saling bantu mewujudkan cita-cita perjalanan dakwah ini.


Amal jama’i
QS. AL-Anfal 73 menerangkan bahwa jika kami tidak saling bantu dan mendukung, sebagaimana yang dilakukan orang-orang kafir, pasti fitnah dan kerusakan akan merajalela. Karena mereka bersatu dan kita bercerai berai. Mereka bersatu sementara kita saling meninggalkan. Tandzim atau organisasi dakwah adalah mutlak dan merupakan kebutuhan mendesak. Karena kebaikan yang tidak terorganisir dengan baik akan sangat mudah dikalahkan dengan kebatilan yang terorganisir dengan baik. Ia butuh pemimpin yang bertanggungjawab, pasukan dan anggota yang taat, peraturan yang mengikat, batas-batas tanggungjawab dan kewajiban, tujuan dan sarana untuk merelealisasikan tujuan tersebut.
Kebutuhan akan pemimpin
“Hendaknya suatu perjalanan dipimpin oleh orang yang paling baik akhlaknya, paling lembut dengan teman2nya, paling mudah terketuk hatinya dan paling mungkin dimintakan persetujuannnya untuk urusan penting. Seorang pemimpin dibutuhkan karena pandangannya yang beragam untuk menentukan arah perjalanan dan kemaslahatan perjalanan. Tidak ada keteraturan tanpa kesatuan pengaturan. Tidak ada kerusakan kecuali karena banyaknya pengaturan. Alam ini menjdai teratur karena Pengatur alam semesta ini adalah satu.” (Ihya Ulumuddin 2/202)
Apabila syuro telah berlangsung dan keputusan telah diambil, apapun keputusannya itulah yang akan kami laksanakan. Kami yakin keputusan syuro tidak pernah salah. Kalaupun syuro tidak memberikan hasil seperti yang diharapkan maka syuro kembali yang akan menindaklanjutinya. Demikianlah, perjalanan ini memerlukan pemimpin. Dan hasil syuro yang telah diputuskan oleh pemimpin, mengikat kami untuk saling dukung dan kami laksanakan.


Jalan ini, miniatur perjalanan sesungguhnya
Jiwa toleran adalah salah satu perjalanan berharga yang kami petik dari jalan dakwah. Karena setiap insan dilahirkan berbeda karakter dan sifatnya. Toleran inilah yang membuat kami bisa saling memahami satu sama lainnya. Sehingga perbedaan pendapat, perselisihan, ketidaknyamaan dan ketidaksukaan akan hilang dengan sendirinya. Rasulullah bersabda: “Jika ada seseorang mencacimu dan menghinamu dengan sesuatu yang ia ketahui ada pada dirimu, maka janganlah kamu melakukan hal yang sama lantaran ada hal yang sama yang engkau ketahui ada padanya. Karena dengan demikian engkau akan mendapatkan pahala. Dan ia mendapatkan dosanya. Dan janganlah engkau mencaci seseorang pun.” (Al Haadits shahihah, Al bani 770)
Tiga Karakter Penempuh Perjalanan
Jalan ini, adalah jalan yang dijauhi oleh orang-orang yang selalu dibalut kekhawatiran tentang masa depan keduniaannya. Jalan yang membuat orang-orang jahil  merasa heran, mengapa kita mau dan bisa bertahan di atas jalan ini.
Ibnul Qoyyim Al Jauziyah rahimahullah menyebutkan bahwa di jalan ini, setidaknya ada tiga kelompok manusia, sebagaimana juga disebutkan dalam Al Qur’an. Mereka adalah:
· Kelompok zaalimun li nafsihi, adalah orang-orang yang lalai mempersiapkan bekal perjalanan. Mereka enggan untuk mengumpulkan apa-apa yang bisa membuatnya sampai ke tujuan.
· Kelompok muqtashid, adalah mereka mengambil bekal secukupnya saja untuk bisa sampai ke tujuan perjalanan. Mereka tidak memperhitungkan bekal apa yang harus dimiliki dan mereka bawa jika ternyata mereka harus menghadapi situasi tertentu, yang menyulitkan perjalanannya. Jika mereka sampai ke ujung perjalanan ini, mereka sebenarnya tetap merugi karena luput dari perniagaan yang bisa menguntungkan mereka karena barang dagangan mereka pas-pasan dan secukupnya saja.
· Kelompok saabiqun bil khairaat, yakni orang-orang yang obsesinya adalah untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya. Mereka membawa perbekalan dan barang dagangan yang lebih dari cukup karena akan memberikan keuntungan yang besar.

BAB 2: KETIKA KAMI MEMBANGUN KEBERSAMAAN
Tak semua batu bata diletakkan pada posisi tinggi, dan tidak juga harus semuanya ada dibawah. Bahkan terkadang si tukang batu memotong batu bata tertentu jika dibutuhkan untuk menutup posisi batu bata yang masih kosong guna melengkapi bangunannya.
Menjadi batu bata dalam bangunan ini
Rasulullah SAW bersabda: “ Perumpamaan aku dengan nabi sebelumku, ibarat seorang lelaki membuat sebuah bangunan, yang diperindah dan dipercantik seluruhnya, kecuali satu tempat untuk batu bata di salah satu sudutnya. Ketika orang-orang mengelilinginya, mereka kagum dan berkata, seandainya ada batu bata diletakkan di situ. Maka akulah batu bata itu, dan aku adalah penutup para nabi.”
Batu bata yang unik dan kas
Kekhasan, keunggulan, keunikan, penting untuk kami miliki. Sebagaimana para nabi dan salafus shalih  memiliki kriteria istimewa yang menghiasi perjalanan mereka dalam memperjuangkan agama Allah swt.
Abu Bakar Shiddiq ra adalah manusia paling penyayang. Umar Al Faruq adalah yang paling tegas dalam agama Allah. Usman bin affan ra adalah yang paling tulus dalam sifat malunya. Ali bin Abi Thalib ra adalah yang paling adil. Ubay bin Ka’ab adalah yang paling menguasai bacaan Al Quran. Mu’az bin Jabbal yang paling mengetahui halal dan haram. Zaid bin tsabit yang paling mudah memberi pinjaman. Ketahuilah setiap umat itu mempunyai delegasi kepercayaan. Dan orang yang paling dipercaya menjadi delegasi adalah Abu Ubaidah bin Al Jarrah. (Sunan Ibnu Majah, no 154)
Untuk menolong, bukan ditolong
Jalan dakwah ini mengajarkan kami untuk lebih memberi perhatian dan pertolongan kepada orang lain , bukan sebaliknya. Seperti kata Sayid Qutub: “Sesungguhnya orang yang hidup untuk dirinya sendiri, ia akan hidup kecil dan mati sebagai orang kecil. Sedangkan orang yang hidup untuk umatnya, ia akan hidup mulia dan besar,serta tidak akan pernah mati.”
Dan kalimat cinta dari Allah dlm QS. Muhammad 9, selalu memotivasi kami: “Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Dia akan menolong kalian dan mengokohkan pijakan kaki kalian.”
Berjalan dalam keseimbangan ibadah dan muamalah
Keseimbangan itu penting dalam praktik nilai-nilai islam. Sikap seimbang proporsional, tidak ekstrim, dan tidak berat sebelah, salah satu pelajaran dan pembinaan yang kami peroleh di jalan dakwah.
Rasulullah saw bersabda, ada banyak bentuk shadaqah. Memberi senyum kepada orang lain, menunjukkan orang yang tersesat, menuntut orang buta, menyingkirkan batu dan duri dari jalanan, mengambilkan air untuk saudara.
Jalan dakwah menciptakan suasana yang mendukung kami memadukan amal-amal yang bersifat ubudiyah dan mu’amalah secara  baik. Jika salah satunya timpang, maka akan terjadi kegersangan iman (jafaaf ruuhi).
Hanya ketaqwaan sebagai bekal kami
Kami harus mengambil perbekalan yang mencukupi hingga perjalanan ini usai. Dan sebaik-baik perbekalan adalah taqwa. Perbekalan inilah yang bisa membantu kami untuk tetap mampu bertahan dan melangkahkan kaki melewati rintangan apapun.
Manusia memiliki dua bentuk perjalanan, yaitu perjalanan di dunia dan perjalanan dari dunia. Perjalanan di dunia memerlukan bekal makanan, minuman, harta, kendaraan. Sedangkan bekal prjalanan dari dunia memerlukan bekal mengenal Allah, mencintai Allah, dan berpaling dari selain-Nya.
Kebersamaan kami terikat 5 hal:
· ikatan aqidah = kesamaan imanlah yang menghimpun dan mengikat kami bersama saudara2 kami di sini.
· ikatan pikiran= kesamaan ide, gagasan, keinginan dan cita-cita hidup yang kami yakini merupakan sarana yang bisa menyampaikan kami kepada keridhaan Allah swt.
· ikatan persaudaraan=  ruh persaudaraan yang tersemai melalui kebersamaan berjalan dan memenuhi banyak tugas dakwah.
· ikatan organisasi dakwah = dalam organisasi dakwah ini berlaku pula disiplin dan aturan yang disepakati untuk diberlakukan di jalan dakwah ini.
· ikatan janji pada Allah=  di jalan ini, kami telah mengikrarkan janji. Janji yang paling minimal adalah janji yang tercetus dalam hati kami. Janji kepada Allah, janji kpd saudara2 perjalanan untuk tetap setia dan mendukung perjalanan.
Kami berharap 5 ikatan tersebut tidak akan pernah terhempas oleh tribulasi sehebat apapun.
Kefahaman
Perjalanan selalu tidak pernah mulus, adakalanya hal-hal yang tidak menyenangkan dan menyakitkan muncul. Karena itu pemahaman (Al fahm) yang benar harus terlebih dahulu dilakukan agar segala sesuatunya jelas. Barulah setelah itu kebersamaan bisa dibangun lebih kuat dan solid. Selain itu, kami berada di jalan ini adalah karena terikat pada sebuah manhaj (sistem dan cara) yang dilakukan sebuah jamaah bukan karena individu-individu atau tokoh2nya agar kami tidak kecewa ketika individu atau tokoh tersebut berbuat kesalahan.
Tsiqoh
Kepatuhan dan ketaatan kepada pemimpin selama pemimpin tersebut tidak memerintahkan kepada perbuatan dosa akan menimbulkan ketenangan dan keyakinan bahwa sebuah amanah dahwah dapat berjalan dengan baik. Pemimpin harus tsiqoh bahwa anggota dapat menjalankan amanahnya dengan baik dan anggota pun tsiqoh bahwa posisi dan tanggungjawab yang diberikan pemimpin padanya adalah untuk kemaslahatan. Syuro dilakukan secara bersama-sama antara pemipin dan anggota sehingga keputusannya dapat dijalani dengan sukarela tanpa keterpaksaan. Dengan tsiqoh inilah kami akan mampu mensinergikan seluruh potensi masing2 personil dakwah.

Penempatan posisi dalam dakwah
“Jabatan itu amanah. Dan pada hari kiamat ia akan menyebabkan kehinaan dan penyesalan. Kecuali orang yang dapat menunaikan hak-nya dan menunaikan kewajibannya.” (HR. Muslim). Apapun posisi kami, kami harus menjalankannya dengan baik dan penuh tanggungjawab.

BAB 3: PERJALANAN BERAROMA SEMERBAK
Indahnya kebersamaan di jalan dakwah
Rasulullah saw  bersabda: “Tiga hal yang bisa menghalangi kedengkian dalam hati seorang Muslim. Keikhlasan beramal karena Allah, menasihati pemimpin kaum Muslimin, dan berpegang kepada jamaah kaum Muslimin.”  (HR Turmudzi)
Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah mengatakan: “Orang yang bertahan berada di tengah jama’ah Muslimin akan menyukai apa saja yang disukai oleh jama’ahnya, dan membenci apa yang dibenci jama’ahnya. Ia akan merasa sakit dengan apa yang menyakitkan jama’ahnya. Dan ia akan merasakan kesenangan dengan sesuatu yang menciptakan kesenangan bagi jama’ahnya. Kondisi ini sangat berbeda dengan orang yang menjauhi jama’ah kaum Muslimin, sibuk menuding dan menuduh mereka, mencaci maki dan menghina mereka.” (Miftah Daar As Sa’adah)
Lihatlah makna indah dari pertemanan dengan para juru dakwah di jalan ini, renungkanlah keterikatan yang begitu indah dengan jama’ah dakwah. Dalam hidup ini, setiap orang mempunyai kelompok dan jama’ahnya sendiri-sendiri. Dan setiap kelompok mempunyai symbol dan syiarnya sendiri-sendiri. Tapi setiap orang, jika tidak diikat dan dihimpun oleh al Haq, maka ia akan tercerai berai oleh kebatilan.


Memetik buah manfaat dari kelebihan saudara
Sebagaimana para salafus shalih, saling bercermin dan berlomba meniru kebaikan dan kelebihan saudara-saudaranya, kami menginginkan agar kebersamaan kami di jalan dakwah, akan mendorong kami untuk saling bercermin dan memetik kelebihan dari saudara-saudara kami.
Atmosfir kesalihan dari saudara shalih
Kesalihan seseorang itu memiliki aroma yang bisa dihirup oleh siapapun yang berada dan berinteraksi dengannya. Aroma kesalihan seseorang, akan bisa memberi energy dan suasana baru dalam hati orang yang melihat maupun ada di sekitarnya. Ibarat seorang pembawa minyak wangi, ia akan memberikan cipratan aroma kepada orang di dekatnya.
Amal shalih yang tersembunyi
Kebersamaan di jalan dakwah, memenuhi segenap jenak-jenak hidup kami. Dalam kebersamaan dan keseringan interaksi, kami mendapatkan pelajaran lain, bahwa ketersembunyian kadang tetap diperlukan. Ketersendirian dalam beramal salih, tidak boleh diabaikan. Karena kebersamaan dan kedekatan yang terus menerus bisa menghamparkan jebakan lain  yang menodai kebersamaan itu sendiri.
Maka kebersamaan ini harus mempunyai jeda dan jarak yang cukup. Kami tetap memerlukan amal-amal yang shalih yang dilakukan seorang diri. Tidak diketahui oleh siapapun, ini untuk menjaga keikhlasan.
Amal shalih harus tetap ditampilkan
Kegiatan dakwah yang mengisi hari-hari kami, mengajarkan bahwa amal-amal shalih tidak seluruhnya harus disembunyikan, melainkan ada pula yang harus tetap ditampilkan.
“Meninggalkan amal shalih karena manusia adalah riya. Melakukan suatu amal karena manusia adalah syirik.” (Fudhail bin Iyadh)

Membina orang lain sama dengan membina diri sendiri
Kebahagiaan sejati adalah ketika melihat objek dakwah tumbuh dan berkembang menjadi manusia-manusia yang turut mendukung nilai-nilai islam serta turut memperjuangkan dakwah islam. Tapi di sisi lain, ternyata interaksi kami dalam jalan dakwah dan upaya kami mengkader serta membina para objek dakwah, mengharuskan kami untuk terus bercermin dan berhati-hati. Karena keberhasilan dakwah selalu merupakan turunan dari adanya qudwah dalam kaderisasi dakwah.
Melalui lembar-lembar sirah para salafus shalih. Lihatlah bagaimana kondisi kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz ra. Khalifah Umar menghiasi diri dengan sikap zuhud, serta memiliki obsesi tinggi dalam qiyamullail, tilawatul quran, shadaqah dll. Maka perbincangan masyarakat ketika itu juga tidak jauh adalah: “berapa banyak engkau telah membaca al quran? Bagaimana qiyamullailmu tadi malam?” sementara kehidupan mereka dibalut dengan qana’ah dan zuhud.
Tapi lihatlah bagaimana kepemimpinan Sulaiman bin Abdul Malik yang begitu menikmati ragam makanan dan minuman, kondisi masyarakatnya pun tidak jauh dari makanan dan minuman.
Lihat juga kepemimpinan Walid bin Abdul Malik, salah seorang khalifah dari Bani Umayyah ke enam, yang begitu terobsesi dengan membangun  rumah dan gedung mewah. Maka masyarakatnya juga tidak jauh beda dengan pemimpinnya.
Begitulah, maka sebenarnya seorang pemimpin akan segera mengetahui karakter dirinya dengan melihat orang-orang yang ada di bawah kepemimpinannya. Tak bedanya dengan seorang murabbi, Pembina maupun juru dakwah. Karakter dan sikap-sikapnya akan turun dan sangat mewarnai kader-kader yang dibina dan didakwahinya. Maka, mendakwahkan orang lain pada dasarnya adalah mendakwahkan diri sendiri. Menasihati orang lain, sebenarnya sedang menasihati diri sendiri. Membina orang lain di jalan ini, sama dengan membina diri sendiri.

BAB IV: KETIKA MELEWATI JALAN MENDAKI
Mengkaji yang tersirat dari yang tersurat
Jalan dakwah mengajarkan bahwa di saat kami merasakan kegersangan, kegelisahan, ketidaknyamanan dalam interaksi kami bersama saudara-saudara di jalan ini, kami harus melihat pada kondisi diri kami sendiri. Artinya, sikap pertama yang kami ambil dalam situasi itu adalah mengevaluasi niat, bercermin pada perbuatan perilaku kami selama ini di jalan dakwah.
Maka, di saat kami atau saudara-saudara kami merasakan kekecewaan bahkan kebencian karena perilaku saudara-saudaranya yang lain di jalan ini, hendaknya tidak menggeneralisir kekeliruan itu pada seluruh individu dalam perjalanan ini.
Kesalahan adalah risiko sebuah aktivitas
Jalan dakwah tidak ditempuh oleh para malaikat. Ini adalah jalan para manusia, yang ingin memperbaiki diri dari kekeliruan dan menyadari bahwa mereka memerlukan bantuan orang lain untuk memperbaiki diri. Maka keliru bila ada anggapan bahwa mereka yang telah bergabung dalam dakwah ini adalah orang-orang yang lebih shalih dari selain mereka dan tidak boleh / tidak pernah melakukan kesalahan.
BAB V: KESEJUKAN YANG MERINGANKAN LANGKAH
Saling Berdoa diantara Sepi
Memanjatkan doa dikala kesunyian dan sepi, tatkala tak seorangpun tahu, lebih mungkin dikabulkan. Meminta kepada Allah swt untuk kebaikan saudara, sahabat, para pemimpin kami di jalan ini, saat sunyi, adalah hikmah lain yang kami peroleh selama berinteraksi di jalan dakwah. Jalan dakwah telah mengantarkan kami untuk mengerti makna bulir-bulir doa untuk seorang saudara yang tak memiliki hubungan keturunan, dan bukan oleh keterikatan kepentingan duniawi. Saudara-saudara kami,yang kami pintakan pertolongan Allah atas mereka, adalah saudara-saudara yang hanya mengikat dan menghimpun kami oleh keimanan dan keislaman mereka.
Keberkesanan membaca sirah orang-orang shalih
Pelajaran besar yang kami peroleh dari jalan dakwah adalah kami bisa merasakan pengaruh yang kuat dan merasakan penghayatan mendalam dengan membaca sirah Rasulullah saw, para sahabat, para ulama dan salafushalih rahimahullah. Bagaimana kehebatan dan keagungan perjuangan dakwah yang dilakoni Rasul dan para sahabatnya, bagaimana keteguhan dan kekuatan iman para salafushalih, bagaimana kecerdasan mereka, bagaimana penderitaan mereka di atas jalan keimanan. Semuanya kami rasakan saat kami memiliki interaksi dengan jalan dakwah ini.
Keletihan yang Menjadi Energi
Menempuh perjalanan ini, memang menyimpan lelah. Terkadang kami juga merasakan keletihan setelah melakukan ragam aktivitas dan tanggung jawab dakwah. Tidak jarang ada diantara kami yang begitu merasa terkuras waktu, pikiran, dan tenaganya ketika telah terlampau banyak menempuh perjalanan di jalan ini. Sebuah kondisi yang boleh jadi membuat seseorang mengalami future atau terhenti dari aktifitas setelah sebelumnya giat. Terkadang, mungkin saja ada di antara kami yang mengeluarkan keluhan atas beban yang dijalaninya. Lalu di antara kami bertanya bagaimana caranya untuk mengatasi kesempitan waktu dan banyaknya tugas-tugas yang harus dikerjakan.
Cara memperoleh energy baru dalam kesempitan dan kelelahan:
· memurnikan niat beramal dakwah karena Allah swt
· tetap memberikan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain yang membutuhkan, terutama harta. Menafkahkan harta dapat menghilangkan kegundahan. Lihat surat Al-Ma’arij: 19-25.
· Tidak meninggalkan amal ibadah wajib dan amal ibadah sunnah yang sudah biasa dilakukan, walaupun sedikit.


Kesulitan yang menambah kekuatan
Ujian kesulitan bukanlah ujian yang paling berat di jalan ini. Ujian kenikmatan sebenarnya jauh lebih berat daripada ujian kekurangan. Rasulullah saw bersabda: “Sungguh aku tidak takut atas kalian melakukan kemusyrikan sepeninggalku. Tapi aku takut atas kalian jika dunia menghampiri kalian dan berkompetisi di dalamnya. Lalu kalian membunuh dan kalian celaka, sebagaimana telah celaka umat sebelum kalian” (HR. Muslim)
Imam Hasan Al-Banna menjelaskan tentang karakteristik pejuang dakwah adalah orang-orang yang tidak “tidur sepenuh kelopak matanya, makan seluas mulutnya, tertawa selebar rahangnya dan menunaikan waktunya dalam senda gurau permainan yang sia-sia. Jika itu yang terjadi, mustahil ia termasuk orang-orang yang menang atau orang yang tercatat sebagai barisan mujahidin” (Risalatu Ta’alim Hasan Al-Banna)
Dalam kesempatan yang lain, Imam Hasan Al-Banna melukiskan karakter pada kader dakwah dalam ungkapannya: “Aku bisa menggambarkan karakter seorang mujahid adalah orang yang telah menyiapkan perbekalan dan persiapannya, yang selalu memikirkan terhadap dakwah yang ada di setiap sudut jiwanya, dan memenuhi relung hatinya. Ia selalu dalam kondisi berfikir, sangat perhatian untuk berdiri di atas kaki yang siap sedia. Jika diseru ia menjawab atau jika ia dipanggil ia memenuhi panggilan. Langkahnya, ruhnya, bicaranya, kesungguhannya, permainannya selalu berada dalam lingkup medan dakwah yang ia siapkan dirinya untuk itu.”
Permasalahan ini tentu tidak menghapuskan prinsip “adda’watu tasiiru binaa aw ghairinaa” (dakwah akan berjalan dengan atau tanpa kami), tapi hal ini menandakan bahwa kami harus memiliki tanggung jawab dan rasa memiliki yang utuh terhadap dakwah. Meski pada akhirnya, dakwah akan tetap berjalan tanpa kesertaan kami di sana. Meski pada ujungnya dakwah akan tetap berkibar tanpa upaya kami. Karena Allah akan menggantikan generasi ini dengan generasi yang lebih baik yang lainnya.
Bangga dengan amal shalih
Konsisten melakukan ketaatan, memegang teguh ajaran Allah swt, ditengah arus sosial yang berlawanan dari ketaatan dan syariat Allah, tentu memerlukan jiddiyah atau kesungguhan. Zaman ini, orang yang berpegang pada tali Allah, adalah seperti orang yang memegang bara api. Tapi kami bersama para saudara di jalan dakwah, berupaya tetap berpegang pada tuntunan dan ajaran Allah swt yang kami yakini kebenarannya.
Rasulullah memuji keberadaan orang-orang aneh. “Pada awalnya islam datang sebagai sesuatu yang aneh dan akan kembali menjadi sesuatu yang aneh. Maka beruntunglah orang-orang yang aneh (al ghuraba).” Para sahabat bertanya, “siapakah orang-orang aneh itu, wahai Rasulullah?” Ia menjawab, “mereka adalah orang-orang yang melakukan perbaikan ketika manusia melakuan kerusakan.” (HR Muslim)
Jalan ini menanamkan keyakinan yang kuat kepada kami untuk tetap komitmen dengan prinsip-prinsip hidup sesuai tuntunan Allah swt, di tengah gelombang penyimpangan yang luar biasa. Jalan inilah yang mampu mengokohkan kami hingga kami tetap bangga beramal salih, meski hanya sedikit orang yang ada bersama-sama kami.
Ustadz Mushtafa Masyhur menasihatkan. “jika anda ragu bekerja karena gentar menghadapi kritikan, pasti anda tidak akan bisa bekerja selama-lamanya. Tetapi kerjakanlah apa yang anda yakini kebenarannya, jelas kegunaannya, diridhoi oleh Rabbmu dan terpuji di kalangan para ulama yang ikhlash, meskipun anda dibenci dan dimaki sepanjang hidupmu oleh para pendengki, tetapi di antara mereka pasti ada yang senang kepada anda setelah anda meninggal dunia.”
Kami harus terlatih membentengi diri dari ragam pengaruh negative yang bertebaran di lingkungan, meski kami tetap berada dan berinteraksi di sana.  Pada tahap inilah, kami menyebut istilah “pencampuran yang tidak menghilangkan identitas khas keislaman” kami pun mengerti sabda Rasulullah saw bahwa mukmin yang berbaur dengan manusia dan bersabar dari berbagai kondisi yang menyakitkan dari mereka, itu lebih baik dari mukmin yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak bersabar dari kondisi yang menyakitkan dari mereka. (HR Turmudzi).
Jalan Dakwah Sebagai Poros Ri’ayah Rabbaniyah
Keberadaan kami di jalan dakwah ini merupakan wasilah yang bisa memudahkan kami memperbaiki diri, saat kami melakukan kemaksiatan dan dosa. Arus lingkungan dan kehidupan kami memang kerap membenturkan kami dengan pilihan dosa dan ketaatan. Benturan yang peristiwanya tidak terjadi satu dua kali, tapi berulang kali. Terkadang, saat iman kami lemah, kami bisa turut terhempas, sedikit maupun jauh, bersama arus kemaksiatan dan dosa itu. Kami memandang, terlibat dalam arus dakwah sama dengan fase ‘ilaj (terapi/pengobatan) terhadap perilaku dan sikap kami yang bernilai kemaksiatan dan dosa. Bentuk pengobatan ini, bila tidak terasa efeknya saat sekarang, dengan izin Allah akan terasa di masa berikutnya.
Potensi besar yang Tersingkap di Jalan ini
Taubat atau kembali  kepada Allah mempunyai peran besar dalam meningkatkan dan mengoptimalkan kemampuan dan kepandaian seseorang. Kedekatan seseorang pada Allah, penempatan kaki di jalan Allah, perilaku yang selalu terpagar dari larangan Allah, ternyata mampu menyingkap dan mengoptimalkan potensi besar dari diri seseorang. Dan inilah yang kami rasakan dari perjalanan bersama saudara-saudara di jalan dakwah.
Tabiat semua orang memiliki obsesi, cita-cita dan keinginan. Dan setiap orang mempunyai kemampuan, potensi dan talenta. Tapi banyak orang yang terhambat untuk menyingkap dan mengoptimalkan semua potensi dirinya karena semangat yang lemah, karena kelalaian, karena meremehkan dirinya sendiri. Dan semuanya itu, sangat mungkin muncul dari perilaku melakukan dosa dan kemaksiatan. Perasaan berdosa seringkali memunculkan keputus asaan dan berakibat pada kelemahan.
Kami memperhatikan sabda Rasulullah saw, “sesungguhnya seorang hamba bisa dihalangi dari rizkinya karena dosa yang ia lakukan.” (HR Ahmad). Hadits ini menjelaskan bahwa dosa dan kesalahan mempunyai dimensi pengaruh besar dan sangat berarti bagi terhalangnya kebaikan yang dating kepada seseorang. Dan dari sana, kita makin memahami betapa kita berada pada situasi sangat memerlukan kedekatan kepada Allah yang tersimpul pada kalimat taubat, istighfar, serta komitmen dengan perintah Allah swt.
Taubat bukan tradisi dan bukan anjuran hanya untuk orang-orang yang banyak berdosa dan bermaksiat. Tapi taubat juga anjuran agar dilakukan oleh orang-orang yang shalih agar mereka bisa mencapai kemenangan

1 komentar:

  1. Sega Genesis - Crown Retro
    The Sega Genesis was originally released air jordan 18 retro red to you as the 가상 화폐 란 TurboGrafx-16 where to order jordan 18 white royal blue home video game console, and the later successor to the air jordan 18 retro yellow online shop SNES, the Mega air jordan 18 retro racer blue online shop Drive/Genesis.

    BalasHapus